Sabtu, 28 September 2013
Kanker Sebagai Cobaan dan Kesuksesan
Sempat bersembunyi di balik nama Agnes Davonar, sosok penulis novel best seller ini pun lantas muncul di depan para penggemarnya. Banyak orang menyangka bahwa Agnes Davonar adalah nama dari satu orang penulis, tapi ternyata merupakan gabungan dua orang kakak beradik yang menyatukan ide dalam tulisan. Hingga saat ini, novel bertajuk ‘Surat Kecil Untuk Tuhan’ telah mampu menarik perhatian para pencinta novel tak hanya dalam negeri saja, tapi juga di luar negeri. Lalu bagaimana kisah kakak beradik yang semasa kecilnya hidup dalam keterbatasan ini?
Tuhan…
Andai aku bisa kembali…
Aku tidak ingin ada tangisan di dunia ini…
Tuhan…
Andai aku bisa kembali…
Aku tidak ingin ada hal yang sama terjadi padaku terjadi pada siapapun…
Tuhan…
Bolehkah aku menulis surat kecil untukMu Tuhan…
(diambil dari Surat Kecil Untuk Tuhan, karya Agnes Davonar)
Tulisan yang diambil dari novel keduanya tersebut sempat membuat para pembacanya terhanyut dalam kesedihan. Novel yang diangkat dari sebuah kisah nyata anak yang terkena kanker itu kemudian laris di pasaran bak kacang goreng. Nama Agnes Davonar sebagai penulisnya lantas mulai dikenal orang sebagai novelis yang cukup diperhitungkan. Ternyata perjalanan hidup sang penulis tak jauh berbeda dengan kisah sedih yang ditulisnya itu. Tak jarang pula, pertolongan Tuhan muncul di sepanjang hidup yang mereka jalani.
Kakak Beradik. Ditemui di salah satu kafe di sebuah mal di Jakarta Barat beberapa waktu lalu, kedua kakak beradik yang mengusung nama Agnes Davonar nampak sumringah saat bertemu dengan Realita.
Agnes Davonar merupakan gabungan nama antara kakak beradik yang lahir dari sebuah keluarga dengan kondisi berkecukupan pada awalnya. Sang kakak, Agnes Li terlahir pada 7 Oktober 1986. Sedangkan adiknya, Teddy Li lahir pada 8 Oktober 1989. Keduanya merupakan anak dari pasangan mendiang Ng Bui Cui dan Bong Nien Chin (56). Sang ayah berprofesi sebagai seniman pembuat tulisan kaligrafi Cina. Sedangkan ibunya kerap membantu penghasilan keluarga dengan membuat berbagai macam kue penganan kecil.
Ng Bui Cui sebenarnya berasal dari Taiwan dan hijrah ke Indonesia pada tahun 1980-an. Di Kalimantan, tepatnya di daerah Singkawang, ia bertemu dengan wanita yang kemudian dinikahinya. Lahirlah anak sulung, Angel Li pada tahun 1984. Dua tahun kemudian, Agnes pun lahir ke dunia di Pontianak. Saat Agnes duduk di bangku kelas 1 SD, keluarganya memutuskan untuk pindah ke Jakarta dan memulai kehidupan baru sambil sang ayah kembali menjual tulisan kaligrafi Cina buatannya. Barulah pada tahun 1989, Teddy Li lahir di Jakarta. Awalnya, kehidupan keluarga disokong oleh pekerjaan sang ayah menjual kaligrafi Cina.
Agnes sendiri mengenyam pendidikan SD hingga SMA di Pelita, Jakarta Barat. Setelah lulus SMA, Agnes kemudian memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Universitas Bina Nusantara, Jurusan Sastra Mandarin. Sedangkan Teddy yang usianya lebih muda tiga tahun, menempuh pendidikan di SD Pelita. Selepas menamatkan pendidikan SD-nya, Teddy melanjutkan ke SMP dan SMA Bhinneka, Jakarta.
Kanker Merenggut Ayahnya. Kondisi keuangan keluarga yang awalnya tercukupi dengan penghasilan sang ayah, lantas berubah drastis. “Ayah kita sebenarnya sudah mulai sakit-sakitan,” aku Teddy, sang adik. Namun, sang ayah sendiri tak pernah menunjukkan tubuhnya yang sakit kepada keluarganya. Hingga akhirnya tahun 2002, sang ayah divonis menderita penyakit kanker paru-paru yang sudah kronis.
Seiring berjalannya waktu, kondisi tubuh Ng Bui Cui tak mengalami perbaikan. Sebaliknya, ia justru semakin tak berdaya melawan penyakit kanker yang terus menggerogoti tubuhnya. Namun, pihak keluarga justru tak menyangka sebelumnya lantaran sang ayah yang selalu memperlihatkan tubuhnya seakan-akan masih sehat. Mereka justru yakin kondisi tubuh ayahnya akan mencapai kesembuhan. Kenyataan justru berkata lain, selang tiga bulan setelah divonis, nyawa sang ayah akhirnya menyerah terhadap penyakitnya yang semakin mengganas.
Selain menyisakan kepedihan yang teramat dalam, kepergian sang ayah juga cukup menggoyahkan keuangan keluarga. Sang tulang punggung keluarga tak lagi ada di sisi mereka. Istri yang sekaligus ibu dari Agnes dan Teddy pun memutar otaknya untuk menghidupi ketiga anaknya. Keahlian membuat tulisan kaligrafi Cina tak menurun kepada ketiga anaknya. Sehingga, ketiga anaknya tersebut tak mampu melanjutkan bisnis mendiang sang ayah.
Menjajakan Kue. Alhasil, ibunya lantas berusaha menghidupi ketiga anaknya dengan menjajakan kue penganan kecil buatannya. “Dulu, pagi-pagi sebelum berangkat ke sekolah, kita sudah terbiasa mengantarkan kue,” kenang Agnes. Kebiasaan itu terpaksa dijalani agar mereka dapat hidup sepeninggal sang ayah. Kondisi keuangan yang semakin goyah ternyata harus berakibat buruk pada pendidikan Agnes. “Saya berhenti kuliah ketika semester 2,” aku Agnes. Ketiadaan biaya untuk membayar kuliah yang cukup mahal menjadi alasan utama Agnes keluar dari kuliahnya.
Berhenti kuliah memang membuat Agnes tak kuasa menahan rasa sedihnya. Namun, tak ada lagi sisa uang yang dapat dipergunakan untuk membayar kuliah di Universitas Bina Nusantara. Demi berputarnya roda kehidupan keluarga, lambat laun Agnes mampu menerima kenyataan tersebut. Ketiga kakak beradik, Angel, Agnes dan Teddy lantas bertekad untuk mencari penghasilan demi membantu kehidupan keluarga. Begitu pula yang dilakukan oleh ibu mereka dengan memutuskan menjadi seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Taiwan. Merasa kebutuhan keluarga tak tercukupi dengan hanya menjual penganan kecil, sang ibu akhirnya merelakan tak bertemu dengan ketiga anaknya untuk bekerja di negeri seberang. Di Taiwan, sang ibu bekerja sebagai seorang perawat dari seorang kakek renta. Penghasilannya dapat mencukupi kehidupan ketiga anaknya yang ditinggal di Jakarta. Sejak akhir tahun 2002 hingga 2005, sang ibu merantau di Taiwan.
Setiap bulan, sang ibu selalu mengirimkan hasil kerja payahnya di Taiwan. Di Jakarta sendiri, Agnes yang sudah putus kuliah lantas berusaha mencari pekerjaan. Teddy yang masih duduk di bangku SMA pun melakukan hal yang sama. Meski, keahlian menulis petuah dalam kaligrafi Cina tak dimiliki Agnes dan Teddy, kepiawaian seni menulis ternyata telah menjadi bakat terpendam kedua kakak beradik ini. Terlebih lagi, selepas sang ayah meninggal. “Meninggalnya ayah menjadi inspirasi tersendiri bagi kita untuk menulis,” ungkap Teddy yang diiyakan Agnes.
Awalnya, Agnes dan Teddy menulis novel dan berusaha menawarkan ke berbagai penerbit agar mendapatkan penghasilan tambahan guna membantu penghidupan keluarga. Tapi, dari sekian kali menawarkan hasil tulisan, seluruhnya ditolak oleh pihak penerbit. Kegagalan demi kegagalan selalu menjadi ujung yang mengecewakan bagi keduanya. “Ternyata menulis untuk mendapatkan uang itu adalah kesalahan terbesar kita,” ungkap Teddy. Mereka pun mulai mengubah tujuannya menulis. Pertengahan tahun 2007, Agnes dan Teddy mulai menulis di internet melalui blog Friendster yang mereka buat sendiri.
Tulisan novel atau cerita yang dimasukkan ke dalam blog, diakui Teddy merupakan hasil pengalaman kehidupan pribadi dan orang lain. Dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh banyak orang, puluhan cerita diposting ke blog. Seiring makin banyaknya tulisan yang mereka masukkan ke dalam blog, semakin banyak pula orang yang membaca hasil tulisan keduanya. “Dalam waktu 6 bulan, kita sudah menghasilkan 12 cerpen dan 1 novel online,” aku Teddy. Sejak awal, Agnes dan Teddy sepakat untuk mengusung nama Agnes Davonar sebagai nama gabungan keduanya. Titik ledak ketenaran Agnes Davonar terjadi saat menelurkan novel online kontroversial yang menceritakan kisah sebuah lagu yang dibuat oleh sosok gadis bernama Geby yang bunuh diri karena patah hati. “Itu novel kita yang paling fenomenal,” ujar Agnes.
Kanker Menjadi Best Seller. Nama Agnes tentunya diambil dari nama Agnes sendiri. Sedangkan Davonar sebagai identitas nama bagi Teddy diambil dari nama seseorang yang pernah memiliki kedekatan dengan kedua kakak beradik ini. Bahkan blog Friendster milik Agnes Davonar mampu menyabet peringkat pertama yang paling banyak dikunjungi orang dari sebuah web top100.com. Cerita yang menarik dengan gaya penulisan khas anak muda sudah menjadi ciri khas karya Agnes Davonar. Nama Agnes Davonar menjadi bahan perbincangan di forum-forum dunia maya. Ketenaran lantas mulai diraihnya setelah menerbitkan novel keduanya bertajuk ‘Surat Kecil Untuk Tuhan’ pada pertengahan tahun 2008. Novel yang diangkat dari kisah nyata seorang anak bernama Keke yang telah meninggal akibat penyakit kanker tersebut telah menjadi best seller tak hanya di dalam negeri saja. Di Taiwan, novel itu laris di pasaran.
Awalnya kisah Surat Kecil Untuk Tuhan ditulis di dalam blog Agnes Davonar. Banyak pembaca blognya yang memuji cerita tersebut. Alhasil, cerita itu dibuat dalam bentuk buku. Seperti halnya di blog yang mengundang banyak pembaca, novelnya pun laris di pasaran. Terlebih lagi, setelah tampil di sebuah acara talkshow di salah satu televisi swasta. Saat menulis novel perdananya tersebut, Agnes dan Teddy tak jarang menitikkan air mata karena kesedihan yang sangat tergambar jelas dari kisah nyata itu. Apalagi, kanker juga pernah merenggut sang ayah, yang sangat mereka cintai.
Bagi Agnes dan Teddy, inspirasi yang datang dari meninggalnya sang ayah karena kanker telah menjadi inspirasi dan motivasi yang sangat besar pengaruhnya terhadap kesuksesan yang mulai diraihnya saat ini. Tak hanya itu saja, perjalanan hidup yang sempat menghantarkan Agnes dan Teddy dalam sebuah kondisi yang kekurangan dan kemudian diubah menjadi kehidupan yang sangat mencukupi, merupakan sebuah mukjizat dari Tuhan. Mereka tak pernah membayangkan hanya dalam waktu tak lebih dari dua tahun dapat mengeluarkan dua novel yang sukses dalam hal tingkat penjualan.
Seandainya, sang ayah masih ada dan melihat hasil karya kedua anaknya, Agnes dan Teddy akan sangat bahagia karena telah membanggakan ayahnya. Namun, keduanya patut bersyukur dengan apa yang didapat dengan cara menghasilkan karya yang berkualitas bagi masyarakat. “Tahun ini, kita akan meluncurkan tiga buku lagi,” ujar Teddy. “Kita juga berencana akan membuat skenario film,” ungkap Agnes menambahkan. Fajar
Dr. H. Boyke Dian Nugraha, SpOG, MARS., Ginekolog dan Konsultan Seks
Spesialis Membuat Pasutri Tambah Harmonis
Mendengar namanya saja, pasti akan mengingatkan Anda dengan seorang pria yang getol membicarakan segala hal tentang hubungan antara pasangan suami istri (pasutri) setiap kali tampil di berbagai acara. Sejak kecil Boyke memang sudah bercita-cita menjadi seorang dokter kandungan setelah ia menyaksikan sang bunda mengalami pendarahan saat hamil. Lalu, bagaimana perjalanan karir dan hidupnya hingga sekarang?
Bangunan dengan dominan warna putih itu terlihat penuh dengan kendaraan yang terparkir di depan halamannya. TulisanKlinik Pasutri juga terlihat sangat jelas tepat berada di atas bangunan tersebut. Itulah klinik milik Dr Boyke, seorang konsultan seks dan hubungan pasangan suami istri yang cukup dikenal masyarakat luas. Meski Klinik Pasutri memiliki bangunan gedung yang tidak terlalu besar, jumlah pasien yang berdatangan sangatlah banyak. Terbukti, ketika menyambangi kliniknya tersebutuntuk bercengkerama dengan Dr Boyke, Realita harus mengantre bersama dengan pasien lainnya. Meski begitu, disela-sela kesibukannya melayani pasien, Dr Boyke tetap masih dapat meluangkan waktu untuk bertemu dengan Realita.
Rabu (16/5) sore itu pasien yang datang ke Klinik Pasutri memang cukup banyak. Alhasil, ruangan klinik menjadi ramai dengan banyaknya pasien yangtengah mengantre. Bahkan beberapa pasien tetap setia menunggu di salah satu tempat duduk yang disediakan tepat di depan ruangan Dr Boyke. Meski bukan sebagai pasien, tiba giliran Realita untuk masuk ke dalam ruangan Dr Boyke. Di ruangan yang tidak terlalu besar itulah, Dr Boyke bekerja untuk melayani pasien yang datang ke kliniknya. Tepat berada di samping mejanya, ada sebuah tempat tidur untuk pemeriksaan pasien. Beberapa perangkat pemeriksaan pasien seperti halnya di rumah sakit juga menghiasi ruangannya tersebut. Meski wajahnya menunjukkan kelelahan, Dr Boyke masih saja bersikap ramah menyambut kedatangan Realita. Ia kemudian mulai menuturkan perjalanan hidup dan karirnya hingga menjadi seorang dokter.
Cerdas dan Mudah Bergaul. Boyke terlahir dari pasangan Subagya Danusasmita dan Milly Ratna Numala. Sang ayah berprofesi sebagai tentara, sedangkan ibunya, selain menjadi ibu rumah tangga juga berprofesi sebagai seorang guru. “Saya dulu dididik sangat disiplin,” kenang Boyke. “Menurut saya, disiplin itu harus menjadi tolak ukur kesuksesan kita,” lanjutnya. Maklum, sebagai seorang tentara yang berdinas di Lemhanas, sang ayah memang kerap mengajarkan kedisiplinan di dalam keluarga. Sedangkan pendidikan agama dan kasih sayang didapatnya dari ibunda tercinta. Meski begitu, Boyke merasa sangat dekat dengan kedua orang tuanya tersebut. “Saya dekat dengan keduanya,” aku Boyke.
Terlahir dengan nama Boyke Dian Nugraha, sosoknya ketika kecil dikenal sebagai anak yang mudah bergaul alias banyak teman. Tak heran, hingga saat ini Boyke memang dikenal luas oleh berbagai kalangan, baik kalangan masyarakat umummaupun kalangan selebritis. Boyke lahir pada 14 Desember 1956 di kota kembang, Bandung. Sebagai anak sulung, tentunya Boyke menyadari bahwa ia memiliki tanggung jawab yang cukup besar dalam membimbing keempat adik-adiknya. Kini adik-adiknyaberkarir di dunia yang berbeda dengan yang digeluti Boyke. “Ada yang menjadi ekonom, insinyur, psikolog, dan notaris,” aku Boyke. “Di keluarga saya memang dibebaskan untuk memilih, menjadi apa pun diperbolehkan,” imbuhnya.
Sedari Taman Kanak-Kanak hingga bangku SMP, Boyke menjalaninya di Bandung. TK dan SD Priangan dan SMP Negeri II, Bandung sempat menjadi saksi bisu kepintaran Boyke dalam menangkap segala macam pelajaran yang diajarkan oleh para guru. Profesi sang ayah sebagai tentara membuat keluarga Boyke selalu berpindah-pindah tempat mengikuti tempat dinasnya, mulai dari Karang Tunggal, Tasik, Garut, Bandung, dan akhirnya pindah ke Jakarta. Boyke melanjutkan bangku SMP-nya di Jakarta dan masuk sebagai siswa SMP Negeri I Jakarta. Setamatnya di bangku SMP, Boyke kemudian melanjutkan ke SMA IV Jakarta. Selain mudah bergaul dengan teman-temannya, Boyke kecil juga dikenal sebagai anak yang cerdas. Hampir di setiap jenjang sekolah yang dilakoninya, ia selalu memegang peringkat atas di kelasnya.
Kecerdasan Boyke kemudian berlanjut di bangku kuliah. Hebatnya, Boyke mampu diterima di tiga perguruan tinggi negeri ternama, di antaranya adalah Fakultas Kedokteran UI, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, dan Teknologi Industri ITB. “Saya sempat belajar dulu selama beberapa bulan di ITB,” kenang Boyke. Meski sudah menjalani perkuliahan di ITB, Boyke langsung memutuskan untuk hijrah ke UI setelah mengetahui bahwa ia diterima di Fakultas Kedokteran UI. “Saya akhirnya memilih Kedokteran UI,” aku pria yang mengaku anti poligami ini. Pilihannya memang sangatlah tepat. Pasalnya, Boyke di waktu kecil memang sudah memiliki cita-cita untuk menjadi seorang dokter.
Mendirikan SMA. Setamatnya dari Fakultas Kedokteran UI, Boyke menjalani wajib kerja sarjana (sekarang PTT,red) di Puskesmas Palas, Lampung Selatan. Bercita-cita mengabdi bagi masyarakat ternyata tercapai sudah. Di Lampung, Boyke melakukan berbagai aktivitas yang bertujuan untuk kepentingan masyarakat luas. Ia sempat mendirikan SMA dan sekaligus menjadi kepala sekolah. Dengan banyak bergaul bersama anak-anak remaja, Boyke mendapatkan pelajaran berharga. Ia menjadi lebih banyak tahu mengenai problema remaja khususnya mengenai masalah seputar seks. Masalah-masalah tersebut akhirnya mendorong Boyke untuk mengambil spesialisasi di bidang kebidanan dan penyakit kandungan. Berkat aktivitasnya di daerah Lampung tersebut, Boyke mendapatkan anugerah sebagai Dokter Puskemas Teladan se-Propinsi Lampung pada tahun 1985.
Boyke kemudian lulus sebagai dokter kandungan pada tahun 1990. Seperti halnya ketika lulus menjadi dokter umum, Boyke juga wajib menjalani wajib kerja sarjana II sebagai dokter spesialis. Ia memilih daerah terpencil , yakni di RSU Masamba, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Di daerah yang letaknnya berjarak 600 km dari kota Makassar itu, Boyke melayani kasus-kasus kandungan dan mengajari para calon bidan desa di SPK Palopo. Sejak saat itu, Boyke memutuskan untuk menjadi seorang dokter yang mengkhususkan di bidang seks dan kesehatan reproduksi.
Setelah melaksanakan kewajibannya di daerah terpencil, Boyke pun kembali ke Jakarta. “Sekembalinya ke Jakarta, saya menjabat sebagai Kepala Humas Rumah Sakit Kanker Dharmais,” kenang Boyke. Pada tahun 1998, Boyke memiliki ide untuk mendirikan sebuah klinik yang biasa menangani masalah-masalah hubungan suami istri. “Terutama dikhususkan bagi mereka yang mengalami gangguan-gangguan keharmonisan,” tutur ayah tiga anak ini.
Boyke sendiri memiliki ketertarikan terhadap dunia reproduksi dan kandungan karena banyaknya orang yang kerap bertanya-tanya ke mana mereka harus mengadu, jika mereka mengalami masalah dalam hubungan suami istri. Lalu Boyke pun memutuskan untuk lebih banyak berkonsentrasi terhadap dunia reproduksi dan kandungan. Langkah pertamanya adalah dengan mengikuti berbagai seminar dan kongres singkat mengenai seks dan kesehatan reproduksi di beberapa Negara seperti Singapura dan Belanda. “Saya juga nggak menyangka,” aku Boyke.
Menurutnya pula, banyak pasangan suami istri yang membutuhkan pertolongan. Terwujudlah Klinik Pasutri, klinik pertama yang khusus menangani hubungan antar suami istri. “Tujuan didirikannya Klinik Pasutri adalah mengharmoniskan hubungan suami istri,” ujar penyuka lukisan ini. Dengan bekal pengetahuan seputar seksual dan kandungan, Boyke kerap dipercaya sebagai pembicara di berbagai seminar tentang kesehatan reproduksi.
Dirikan Dua Perusahaan. Selain sibuk dengan berbagai kegiatan seminar, dan mengurusi Klinik Pasutri baik yang di Jakarta maupun di Bogor, Boyke juga sibuk mengurusi perusahaan yang didirikannya. Perusahaan yang diberi nama PT Cahyadi Mulia Nugraha (PT CMM) ini bergerak di bidang yang tidak jauh dengan bidang kesehatan reproduksi yang telah digelutinya. “Kita memproduksi WISH (singkatan dari Wanita Indonesia Sehat Harmonis, red), produk pembersih bagian vital wanita,” ujar Boyke. Tak hanya itu, Boyke juga memiliki perusahaan rekaman pribadi yang diberi nama DNB Records.
Perusahaan yang disebutkan terakhir ini merupakan perusahaan yang memang terkait dengan hobi menyanyinya. Jadi, jangan heran bila melihat acara televisi beberapa waktu lalu, Boyke sempat berduet dengan penyanyi profesional. Bahkan suaranya bisa dibilang cukup potensial untuk ukuran non-penyanyi profesional. Meski begitu, Boyke mengaku tidak berniat untuk menjadi seorang penyanyi walaupun ia telah memiliki perusahaan rekaman sendiri. Rencananya melalui perusahaan rekaman miliknya tersebut, Boyke akan memproduksi rekaman lagu-lagu instrumental untuk bayi-bayi yang masih berada dalam kandungan.
Senin, 16 September 2013
Manfaat - Manfaat Pisang Bagi Kesehatan
Manfaat Pisang |
1. Sebagai Sumber Tenaga.
Kandungan Gula dalam pisang dengan mudah dapat dicerna dan diubah menjadi sumber tenaga, sehingga sangat bagus untuk menghilangkan rasa lelah.
2. Kesehatan Saluran Pencernaan.
Kandungan serat yang dimiliki pisang dapat membantu mengatur sistem pencernaan tubuh serta mempertahankan gerakan usus tetap teratur. Kandungan pektin pada buah pisang mampu mencegah sembelit. Berdasarkan hasil penelitian, rutin makan pisang dapat membantu mengurangi risiko terkena kanker lambung.
3. Melancarkan Peredaran Darah.
Kandungan kalium dan potasium berfungsi untuk membantu sirkulasi tubuh, sehingga peredaran oksigen ke otak menjadi lancar. Kalium juga mampu membantu denyut jantung jadi teratur, mengurangi resiko terjadinya stroke dan mengatur tekanan darah supaya normal.
4. Meningkatkan Kesehatan Otak.
Caranya dengan mengkonsumsi pisang 3 kali sehari sebagai pencuci mulut, untuk meningkatkan daya tangkap dan konsentrasi.
5. Menurunkan Tekanan Darah.
Manfaat buah pisang berikutnya adalah menetralkan tekanan darah tinggi. Kadar kalium yang cukup tinggi dari buah pisang dapat membantu mencegah tekanan darah tinggi serta stroke. Itulah alasan mengapa para dokter sering menganjurkan pasien penderita tekanan darah tinggi (hipertensi) untuk mengkonsumsi lebih banyak pisang.
6. Penambah Energi.
Saat memakan pisang kita akan lebih cepat kenyang, hal ini dikarenakan pisang kaya akan kandungan karbohidrat sehat. Karbohidrat inilah yang dapat menampah energi bagi tubuh kita.
7. Menjaga Kesehatan Mata.
Dengan mengkonsuimsi setidaknya tiga buah pisang setiap hari dapat menurunkan resiko gangguan pengelihatan karena usia senja atau biasa disebut degenerasi makula.
8. Menurunkan Berat Badan.
Diet dengan makan 4 buah pisang dan 4 gelas susu non fat atau bisa dengan susu cair setiap hari sedikitnya 3 hari dalam seminggu,akan membantu menurunkan berat badan. Kalorinya hanya 1250 dan menu ini pas dan cukup menyehatkan.
Itulah manfaat-manfaat buah pisang bagi kesehatan, yang mungkin sebagian orang tidak menyadarinya.
Jika anda tergolong seorang yang suka dengan buah yang satu ini, tidak usah repot bagaimana cara penyajiannya. Karena, buah pisang lezat untuk di konsumsi dalam bentuk apapun. Semoga bermanfaat.
Langganan:
Postingan (Atom)